Entah ini sebuah kronologi atau malah terlihat seperti time –line. Tapi saya merasakan, nikmatnya merantau karena harus tahu rasanya sendirian, sepi, sakit dan akhirnya bangkit! Intinya, saya hanya ingin berbagi. Enjoy it!
24 Agustus 2010
Pagi – sore
Waktu berjalan seperti biasa, duduk di depan laptop di kantor, bercanda dengan teman kantor. Semuanya seperti biasa.
17.15 – 17.45
Saya pulang dari kantor, melirik sate padang yang belum buka, sekilas percakapannya :
Saya : Permisi pak, sudah bisa beli sate?
Bapak Sate : Oh, bisa mbak tunggu sebentar ya.
Akhirnya, saya tunggu (walaupun tidak sebentar) dan saya adalah pelanggannya yang pertama di hari itu.
17.45 – 19.22
Saya sampai di kost, merasa capai dan memutuskan tidur dengan pakaian lengkap dan kaki menggantung. Masih sempat juga untuk sms-an dengan beberapa teman seperti yoan, febi, vivin dan kutil.
19.22 – 00.10
Terbangun, dan mulai kepala terasa berat, punggung sakit. Menyempatkan diri untuk ganti baju (dan takut mandi), membersihkan kamar. Makan sate padang, sekilas menyapa teman – teman maya (online) dan sempat update via twitter : “kepala rasanya mw meledak... duarr!” dan via FB : “mandi minyak + mata kayak vampire (takut sinar) + kepala mau meledak + nafas panas = headache (again)”. Lalu minum vitamin C 1000mg feat. Tol. Ang. Lalu berusaha tidur (walau saya yakin, malam itu saya tidak akan bisa tidur).
25 Agustus 2010
00.10 – 01.30
Saya tidur tanpa lampu krn mata ini sakit, namun sinar yg sedikit masuk dari ruang tengah membuat saya makin tak nyaman. Merem melek, hadap kanan, hadap kiri, tengkurap, terlentang, meringkuk, semua gaya tidur saya alami. Mengenai kepala dan kondisi tubuh, saya tidak bisa mendefinisikan sakitnya seperti apa. Kepala seperti tertusuk – tusuk dan seluruh tubuh ngilu. Itu saja. Dan saya nyaris menangis, karena 2 kata berawalan S : Sakit dan Sendirian.
01.30
Saya menelponnya, teman terdekat saya di Jakarta, Sisca Dumaris, yang saya panggil dengan sebutan Dumi. Saya ingin memastikan dia bisa kemari sepagi mungkin. Saya tahu, saya butuh obat yang lebih ‘keras’ dan saya yakin satu hal, saya tidak bisa jalan jauh dengan kondisi seperti ini.
02.22 – 03.30
Saya memaksakan diri untuk tidur, dan hasilnya sama nihilnya dengan sebelumnya.
03.30 – 03.55
Dumi menelpon dan singkat kata, dia ingin menjemput saya saat itu juga, agar bisa dia rawat di kostnya bersama teman saya yang lain, Anataria Dewi Lahagu (Abul).
03.55
Saya menelepon Mbak Riesna, sekretaris Client Service Euro Adwork dan meminta ijin untuk tidak masuk.
03.55 – 04.00
Saya menunggu Dumi dan Abul di ruang tamu, setelah membawa barang – barang yang mungkin saya butuhkan seperti laptop, kaos, handphone dsb. Diruang tamu itu saya diajak bicara Ibu kost saya bernama Ibu Yus. Saya menimpalinya dengan senyum lemas krn melirik atau melihat sepandangan mata pun, kepala ini tambah pusing. Roti dan teh manis hangat yang beliau berikan pun hanya habis sedikit tepat saat taksi yang membawa Dumi dan Abul datang. Di taksi, saya hanya berbicara seperlunya, karena merasa mual. Sesampainya di kost Dumi dan Abul, saya langsung muntah di kamar mandi.
Pagi hingga malam
Saya bisa tidur setelah obat berinisial ‘P’ menyapa. Obat yang cukup berdosis keras ini bisa mengantar tidur yang cukup lama, bahkan kata Dumi, saya seperti orang mati saat tidur. Bangun, ganti posisi dan tidur lagi. Abul yang harus berangkat kerja, masih sempat mengirimkan beberapa sms ‘reminder’ agar saya dan Dumi minum obat. (Dumi juga sebenernya lebih dulu sakit, seminggu sebelum saya, dan masih harus mengkonsumsi obat). Siangnya, Dumi sejenak menyalurkan bakat sebagai koki, sup dan jamur goreng pun terhidang di meja.
26 Agustus 2010
06.00
Saya terbangun, niat sudah mau mandi dan berangkat kerja langsung dari tempat Dumi, ternyata kepala masih pusing, badan masih lemas dan sekali lagi saya hubungi Mbak Riesna untuk meminta ijin tidak masuk (kali ini via sms). Dan Mb Riesna menganjurkan saya untuk ke dokter dan istirahat sampai benar – benar sembuh.
Pagi hingga malam
Sama seperti tgl 25 Agustus 2010, hanya saja pukul 19.00 saya sempat ke Jhonny Andrean hanya untuk keramas, karena tidak kuat keramas sendirian.
Special thanks to :
Ibu atas phoning berkali - kalinya, maaf membuat khawatir.
Dumi dan Abul (plus Opung dan Bu Dadah) untuk waktu, taksi, pinjaman baju, pinjaman selimut, kamar dumi, minyak, obat, kamar mandi, masakan sup, jamur goreng, nasi lele, air panas, gas, gelas, dsb.
Kutil untuk waktu, nemenin tidak tidur via telephone.
Mb Riesna, Bu Chanty (Head of SP, my boss ‘madam’) untuk ijin tidak masuk kantor dan Mb Dicka, Sandu, Dinda atas perhatian via twitter, ym, phoning dsb.
Temen – temen di Jogja kayak Ino (masih di jkt dia), Aya, Mimi Nyak, Tita, Linda (masih di jkt juga), Catur, Niko Black, Ms. Groban, Natal, Lukas (like this-nya) atas perhatian via twitter, FB dan YM.