2010/08/27

Sickalone

Entah ini sebuah kronologi atau malah terlihat seperti time –line. Tapi saya merasakan, nikmatnya merantau karena harus tahu rasanya sendirian, sepi, sakit dan akhirnya bangkit! Intinya, saya hanya ingin berbagi. Enjoy it!

24 Agustus 2010
Pagi – sore
Waktu berjalan seperti biasa, duduk di depan laptop di kantor, bercanda dengan teman kantor. Semuanya seperti biasa.
17.15 – 17.45
Saya pulang dari kantor, melirik sate padang yang belum buka, sekilas percakapannya :
Saya : Permisi pak, sudah bisa beli sate?
Bapak Sate : Oh, bisa mbak tunggu sebentar ya.
Akhirnya, saya tunggu (walaupun tidak sebentar) dan saya adalah pelanggannya yang pertama di hari itu.
17.45 – 19.22
Saya sampai di kost, merasa capai dan memutuskan tidur dengan pakaian lengkap dan kaki menggantung. Masih sempat juga untuk sms-an dengan beberapa teman seperti yoan, febi, vivin dan kutil.
19.22 – 00.10

Terbangun, dan mulai kepala terasa berat, punggung sakit. Menyempatkan diri untuk ganti baju (dan takut mandi), membersihkan kamar. Makan sate padang, sekilas menyapa teman – teman maya (online) dan sempat update via twitter : kepala rasanya mw meledak... duarr! dan via FB : mandi minyak + mata kayak vampire (takut sinar) + kepala mau meledak + nafas panas = headache (again). Lalu minum vitamin C 1000mg feat. Tol. Ang. Lalu berusaha tidur (walau saya yakin, malam itu saya tidak akan bisa tidur).

 

25 Agustus 2010

00.10 – 01.30

Saya tidur tanpa lampu krn mata ini sakit, namun sinar yg sedikit masuk dari ruang tengah membuat saya makin tak nyaman. Merem melek, hadap kanan, hadap kiri, tengkurap, terlentang, meringkuk, semua gaya tidur saya alami. Mengenai kepala dan kondisi tubuh, saya tidak bisa mendefinisikan sakitnya seperti apa. Kepala seperti tertusuk – tusuk dan seluruh tubuh ngilu. Itu saja. Dan saya nyaris menangis, karena 2 kata berawalan S : Sakit dan Sendirian.

01.30

Saya menelponnya, teman terdekat saya di Jakarta, Sisca Dumaris, yang saya panggil dengan sebutan Dumi. Saya ingin memastikan dia bisa kemari sepagi mungkin. Saya tahu, saya butuh obat yang lebih ‘keras’ dan saya yakin satu hal, saya tidak bisa jalan jauh dengan kondisi seperti ini.

02.22 – 03.30

Saya memaksakan diri untuk tidur, dan hasilnya sama nihilnya dengan sebelumnya.

03.30 – 03.55

Dumi menelpon dan singkat kata, dia ingin menjemput saya saat itu juga, agar bisa dia rawat di kostnya bersama teman saya yang lain, Anataria Dewi Lahagu (Abul).

03.55

Saya menelepon Mbak Riesna, sekretaris Client Service Euro Adwork dan meminta ijin untuk tidak masuk.

03.55 – 04.00

Saya menunggu Dumi dan Abul di ruang tamu, setelah membawa barang – barang yang mungkin saya butuhkan seperti laptop, kaos, handphone dsb. Diruang tamu itu saya diajak bicara Ibu kost saya bernama Ibu Yus. Saya menimpalinya dengan senyum lemas krn melirik atau melihat sepandangan mata pun, kepala ini tambah pusing. Roti dan teh manis hangat yang beliau berikan pun hanya habis sedikit tepat saat taksi yang membawa Dumi dan Abul datang. Di taksi, saya hanya berbicara seperlunya, karena merasa mual. Sesampainya di kost Dumi dan Abul, saya langsung muntah di kamar mandi.

Pagi hingga malam

Saya bisa tidur setelah obat berinisial ‘P’ menyapa. Obat yang cukup berdosis keras ini bisa mengantar tidur yang cukup lama, bahkan kata Dumi, saya seperti orang mati saat tidur. Bangun, ganti posisi dan tidur lagi. Abul yang harus berangkat kerja, masih sempat mengirimkan beberapa sms ‘reminder’ agar saya dan Dumi minum obat. (Dumi juga sebenernya lebih dulu sakit, seminggu sebelum saya, dan masih harus mengkonsumsi obat). Siangnya, Dumi sejenak menyalurkan bakat sebagai koki, sup dan jamur goreng pun terhidang di meja.

 

26 Agustus 2010

06.00

Saya terbangun, niat sudah mau mandi dan berangkat kerja langsung dari tempat Dumi, ternyata kepala masih pusing, badan masih lemas dan sekali lagi saya hubungi Mbak Riesna untuk meminta ijin tidak masuk (kali ini via sms). Dan Mb Riesna menganjurkan saya untuk ke dokter dan  istirahat sampai benar – benar sembuh.

Pagi hingga malam

Sama seperti tgl 25 Agustus 2010, hanya saja pukul 19.00 saya sempat ke Jhonny Andrean hanya untuk keramas, karena tidak kuat keramas sendirian.



Special thanks to :

Ibu atas phoning berkali - kalinya, maaf membuat khawatir.

Dumi dan Abul (plus Opung dan Bu Dadah) untuk waktu, taksi, pinjaman baju, pinjaman selimut, kamar dumi, minyak, obat, kamar mandi, masakan sup, jamur goreng, nasi lele, air panas, gas, gelas, dsb.

Kutil untuk waktu, nemenin tidak tidur via telephone.

Mb Riesna, Bu Chanty (Head of SP, my boss ‘madam’) untuk ijin tidak masuk kantor dan Mb Dicka, Sandu, Dinda atas perhatian via twitter, ym, phoning dsb.

Temen – temen di Jogja kayak Ino (masih di jkt dia), Aya, Mimi Nyak, Tita, Linda (masih di jkt juga),  Catur, Niko Black,  Ms. GrobanNatal, Lukas (like this-nya) atas perhatian via twitter, FB dan YM.

 

2010/07/18

We are Dum and Dumber

We are Dumb and Dumber!
 (sebuah kisah tolol di Ibu Kota)



Saya melongo melihat sahabat saya si Calvin Damas Emil mengucapkan sesuatu yang membuat saya tertawa terbahak – bahak. Dia bilang begini, “Kita berdua kayak Dumb and Dumber!”, lalu disambung sanggahan yang keluar dari mulut, “Ya ngga lah!” (ekspresi tak terima). Tapi di tengah rasa geli yang bercampur aroma tidak terima itu, saya harus mengakui sesuatu, “Yes, I am Dumber”. Sekilas saya teringat kisah Dumb and Dumber, duet kocak Jim Carrey dan Jeff Daniels yang menampilkan komedi bernuansa slapstick dan lelucon yang gross-out. Gambaran dua sahabat polos ditambah bodol dan tolol. Oleh karena itu, saya akan mulai menyebut Calvin sebagai Dumb (sorry cin, you are so Dumb :D).

Siang menjelang sore di malam minggu itu, saya mencoba Busway untuk pertama kalinya (maksud saya, pertama kali sendirian) dari Pasar Rumput ke Senen, dan akhirnya sampain juga di Stasiun Senen (setelah dikebutin tukang ojek). Bertemu si Dumb juga diawali dengan keanehan. Saya terlanjur masuk peron dan ternyata si Dumb sudah menunggu di luar Peron dengan ekspresi lucu (mungkin karena dia kebelet kencing).

Dari Stasiun Senen, (dengan perdebatan aneh) akhirnya kami memutuskan naik Trans Jakarta di banding naik taksi. Jadilah kami (dua orang yang satunya membawa dua tas di depan dan belakang, dan satunya membawa oleh – oleh kripik plus tasnya sendiri) naik trans Jakarta dan sangat gembira melihat halte harmoni. Penuh semangat empat lima enam tujuh delapan, saya dan Dumb mengantri di sisi halte ke arah KALI DERES, ehem sekali lagi, KALI DERES. Setelah bercanda dan berulangkali saya tanya, “Cin, beneran turun di Kali Deres”, Dumb juga berulangkali mengangguk dan bilang, “Iye, beneran. Nyantai ja, ntar gampang, turun dari Kali Deres naik taksi ja.” Okay, saya kemudian kembali menikmati jalanan Jakarta yang tidak terlalu macet itu dan menengok ke halte Indosiar yang baru saja kami tinggalkan.

Selang berapa lama, saya sempat heran melihat si Dumb ngotak – atik hp nya dan sibuk melihat sms info rute perjalanan yang harus dia tempuh. Saya keluarkan GPS manual (peta kecil rute trans jakarta namun sungguh berarti) dan melihat Kali Deres itu pemberhentian terakhir dan mungkin sudah masuk perbatasan kota Jakarta. Herannya adalah si Dumb tidak mungkin milih kost di sekitar sana. Saya akhirnya bertanya, “Umm… Cin, beda lho antara ke arah Kali Deres atau Kali Deresnya.”. Maksud saya, kalau ke arah Kali Deres, kami bisa saja berhenti dimanapun sebelum Kali Deres bukan berarti harus di Kali Deresnya. Dan sesaat kemudian, saya mendengarnya berteriak di busway, “Oh My God, my vault!” Beneran deh, di sini perasaan saya sudah tidak enak ditambah dia bilang, “Bener Cin, ke arah Kali Deres, bukan berhenti di Kali Deresnya. Harusnya kita berhenti di halte Grogol.” Uups halte Grogol itu ada sebelum Halte Indosiar yang sempat saya lihat tadi. Hahahahaha! Ditengah kelinglungan kayak gini, saya masih sempat tertawa karena melihat ekspresi Dumb yang lucu. Akhirnya, kami memutuskan berhenti di 2 halte sebelum Kali Deres (saya ogah liet halte Kali Deres) dan dengan  keputusan lumayan cepat (karena sempat nongkrong di halte dan bingung memilih taksi atau trans Jakarta untuk putar balik) akhirnya terpilih taksi Express!!

Ketololan kami ga berhenti sampai di sini (karena saya pikir sudah naik taksi pasti sudah aman), actually, big NO!  Si Dumb memberitahu pak supir (yang sampai aku lupa melihat namanya) ke Jl. Panjang. Oh My Gosh, Jl. Panjang memang panjang! Herannya kami (dibantu pak supir) harus mencari Jl. Lapangan Bola dan Gang Mawar yang entah berada di kanan atau kiri jalan. Ditambah ternyata ada Gang Mawar III, it means, ada gang Mawar I dan II mungkin ada IV dan seterusnya (which one, Dumb?). Untungnya, setelah nanya – nanya orang (mungkin 5 atau 10 orang) kami menemukan rumah yang akan ditinggali si Dumb sampai pertengahan Agustus 2010 ini.

Oya, saya punya pikiran aneh saat kami berdua masih nanya – nanya orang untuk mencari letak kost Dum. Suatu waktu saya menawarkan diri untuk bertanya ke orang (karena sebelumnya selalu saja si Dumb), nah saat saya sedang bertanya pada tukang gorengan (kalau tidak salah), tak sengaja saya melihat kebelakang dan si Dumb sudah berdiri dengan muka o’on. Maksud saya, kami berdua benar – benar meninggalkan semua harta benda yang melekat di taksi (ada dompet, kamera, handphone, baju, oleh – oleh, tripod, dsb). Saya hanya membayangkan kalau tu barang – barang di bawa lari supir taksi, pasti muka kami berdua akan lebih culun dari sebelumnya… hahaha! Untungnya ga kejadian. Thanks God!

Dari kost-an baru Dumb (setelah Dumb cuci muka dan sempat curi pandang dengan mbak2 di kost an barunya yang sexy abis! wkwkwk) kami berdua tancap gas (lagi – lagi pake taksi) ke Plangi! Plaza Semanggi bertemu vanlitners , ada Budi Gila (dia harusnya lebih cocok jadi Dumb karena lebih mirip Jim Carrey, hihi) dan teman baru bernama Bian (orang yang ‘pekewuhan’ a.k.a. suka ga enakan ma orang), Jatmiko (si mr. wise nan medok), Teddy (ehem…) dan lain sebagainya tapi aku lupa namanya.

Finally (setelah aku bilang aku kelaperan di Trans Jak yang lalu), Vanlitners bersedia mengantar Dumb and Dumber makan di McD! (junk food again, olala asal laper kesehatan jadi nomor kesekian… hihi).
Sebelum pulang (naik taksi lagi), di Dumb mengantar ke jalan (udah kayak dia yang punya bangunan aja) dan bilang sesuatu yang bikin aku ketawa geli untuk kesekian kalinya, “Gila, tolol banget aku hari ini.”
That’s why, you called Dumb, honey! Hahaha!!!
Sweet moments Dumb! Dan aku penuhin janjiku sendiri untuk nulis ketololan kita berdua di My Insight (lovely blog!)
Next adventure!! When??!!! With Dumb and Dumber again???!



memori otak : 17 Juli 2010

2010/07/08

When 'expensive and well' mixed into something worthwhile

Bapak Taksi BB dan Abang Penjual Sate

Menurut saya pribadi, ini adalah kisah yang unik selama lebih dari 6 hari saya tinggal di Ibukota Indonesia yang apa??? Ehem… super duper macet (kutipan dari jutaan orang yang pernah berada di kota ini). Sore itu, saya ijin pada bos besar a.k.a si madam bule yang tegas (ga bisa sebut galak di sini) kalau saya ingin pulang lebih awal (sebenarnya bukan pulang lebih awal karena sudah lewat 1 jam dari jam pulang kantor, tapi lebih awal dibanding rekan  - rekan yang lain yang lagi lembuurr untuk bikin iklan salah satu bank populer di negeri ini yang sering hobi memakai corporate warna biru plus yang atm-nya sering offline). Oya, saya berada di kota crowded ini untuk magang alias kuliah kerja lapangan dari Juli hingga Agustus 2010. Magang di biro iklan multinasional bernama Euro RSCG (yang sampai detik ini saya tidak tahu kepanjangannya apa, hihihi!)

Tiap hari (karena untuk sementara ini saya ‘numpang’ di tempat saudara di daerah Karet Kuningan) saya berangkat diantar bapak sopir mikrolet nomor 44 dan bapak sopir kopaja nomor 66 yang tak henti – hentinya menawarkan murahnya berkendara dibanding naik taksi atau kendaraan pribadi. Namun pulangnya saya tetap akrab dengan taksi 2 armada berinisial BB dan Exp (ini karena saya tidak tahu arah ke karet dari kantor saya di dekat Menara Imperium harus naik apa), jadi jalan satu – satunya (yang sama sekali tidak mengasah otak) adalah naik taksi. (Viva taxi! Just for 2 weeks!)

Malam itu, saya berjalan menuju buruan kost saya yang baru dan hitungannya lumayan dekat dengan kost (jalan kaki pun mampu), bertemu dengan calon induk semang saya yang ndudd dan sangat muslimah barokah dan bermuka seperti Mama Lauren. Dengan kesepakatan yang sangat cepat efisien dan efektif, kami berdua pun berjabat tangan sambil tersenyum manis (iya iya, dia yang manis, saya tidak, hahaha!). Saya menyewanya, sebuah kamar ukurannya kurang lebih 5x3m, dijanjikan ada kursi+tempat tidur+meja+lemari, kamar mandi di luar (siapa yang peduli karena saya memang tidak rajin – rajin amat untuk membersihkan wc), cat warna krem, lantai keramik warna krem dan lumayan besar untuk badan sekerempeng ini (mungkin bisa saja untuk arisan para monyet). Tempat yang akan menjadi sahabat saya selama 2 bulan ini. Tempat untuk bercanda, tertawa dan menangis sendirian. (elahhh, mellow amat).

Sepulang dari sana, bertemu dengan adik kecil (mungkin anak SMP) yang ngajak saya boncengan, ya tinggal tersenyum aja, maklum lah anak segini lagi suka – sukanya pamer dia adalah bocah lelaki. Hihihi!
Dari si anak tengil, saya beranjak ke anak muda yang lagi nongkrong dan banter – banternya pasti mereka bilang, ‘mau pulang ya neng?’, tinggal tersenyum lagi, pindah ke bapak – bapak bajaj yang lagi kongkow – kongkow dan bilang, ‘mau kemana neng, naik bajaj? dan sekali lagi tersenyum sambil mikir emangnya bajaj dari arah kantor bisa ke arah karet? Setelah jalan agak jauh (ditambah laptop biru kesayanganku yang enak – enakan bobo) saya lagi – lagi bertemu dengan bapak – bapak ojek yang bilang, ‘ojek non?’ kali ini saya hanya menggeleng dan tidak tersenyum karena perut sudah membisikkan 5 huruf yang membentuk kata lapar di telinga saya.

Akhirnya, saya bertemu dengannya, si supir taksi BB yang tidak bisa saya sebutkan merek armadanya. Armada biru yang mengutamakan kenyamanan dan keamanan (walaupun mahal! Belum yang seri Silver B. yang sekali buka 15 rebu). Saya mengetahui namanya tentu saja dari papan identitas yang selalu berdiri tegak di depan penumpang kursi depan.

Heriyanto namanya. Kenapa saya harus sampai menulis namanya di blog ini? Saya juga bingung tapi saya tahu satu hal bahwa dia adalah sopir taksi yang unik. Kenapa unik? Karena dia tidak tahu jalan (baru 5 bulan menjadi supir taksi), karena dia dari Bandung (kota yang bagi orang lain spesiall tapi bagi saya biasa saja), karena dia senang bercanda, karena dia suaranya bagus (cocok jadi penyiar mungkin) dan yang paling unik karena dia tahu seluk beluk advertising! Jadilah saya di taksi dengan sekeliling ramai macet malah mengobrol asik dengan Pak Heri (walaupun kadang ni mata ga nahan untuk tidak melihat argo nya). Malam itu, malam termacet yang pernah saya rasakan, perjalanan yang biasanya hanya setengah jam menjadi satu setengah jam dan alhasil bokek lah! Tapi saya terharu mendengar supir taksi yang lugu ini berkata, “Saya senang hari ini dapat penumpang seperti mbak theo, baik dan ga sombong”. Nah lo? Lalu saya tanya ke dia, “memangnya biasanya pada sombong pak?” Pikiran saya waktu itu, bisa saja sombong karena memang sedang tidak ingin diajak ngobrol. Lalu saya tiba – tiba tertawa sewaktu dia bilang, “Iya mbak, si CEO – CEO itu biasanya sombong sekali, merasa tinggi kali.”  Hahahaha! Ya iyalah CEO dibandingin sama calon fresh graduate yang juga lagi bingung mau jalan ke arah mana. Setelah selesai tertawa, saya bilang sesuatu yang membuatnya tertawa terbahak, “Hahaha! Ya iyalah pak, mereka khan CEO, coba check aja besok sewaktu saya jadi CEO saya masih mau diajak ngobrol bapak atau tidak.” Amin jadi CEO katanya. Semoga itu memang doa.

Setelah turun dan mengira uangnya kurang, saya mencium sesuatu yang membuat air liur ini mau melonjak turun. Sate kambing!!
Ummm… akhirnya saya memutusakan membeli 10 tusuk dan 1 lontong ditambah irisan cabai yang banyak dan irisan bawang penuh. Ternyata setelah dicek ricek, uang saya kurang 500 rupiah (kondisinya memang bener – bener mepet karena tadi macet, dan taksi membengkak). Untungnya mas penjual yang tidak terlalu manis namun  baik hati ini tetap memberikan porsi kambing yang enak itu. Bahkan dia bilang, tidak usah dikembalikan, mungkin pikirnya 500 rupiah ini (mungkin ditambah raut muka saya yang mungkin saat itu mirip kucing nyasar).

Terimakasih pak Heri dan abang Sate Kambing yang waloupun taksi dan satenya sama –sama mahal tapi saya mencintai merek taksi dan sate anda berdua!

Memori otak di : 07 Juli 2010
Lokasi : Manggarai – Menara Imperium – Karet Jakarta

2010/06/30

This is About Scrat!

Scrat dan Tokoh-tokoh lain dalam ‘Ice Age’ :

Simbol Manusia

Simbol merupakan sebuah obyek yang berfungsi sebagai sarana untuk mempresentasikan sesuatu hal yang bersifat abstrak dan merupakan sebuah tanda, isi yang singkat, menyertai sifat sebuah obyek, proses berkualitas, kuantitas, memenuhi muatan- muatan tertentu misalnya simbol pada konteks bidang musik, kimia, matematik dan lain-lainSimbol adalah lambang yang mewakili nilai-nilai tertentu. Meskipun simbol bukanlah nilai itu sendiri, namun simbol sangatlah dibutuhkan untuk kepentingan penghayatan akan nilai-nilai yang diwakilinya. Simbol dapat digunakan untuk keperluan apa saja. Semisal ilmu pengetahuan, kehidupan sosial, juga keagamaan. Bentuk simbol tak hanya berupa benda kasat mata, namun juga melalui gerakan dan ucapan. Simbol juga dijadikan sebagai salah satu infrastruktur bahasa, yang dikenal dengan bahasa simbol. 


Selain itu, dikenal pula bahasa tubuh atau body language. Disebut bahasa tubuh karena dengan gerakan-gerakan maupun sikap badan tertentu dalam berkomunikasi memiliki makna yang jelas bagi lawan komunikasinya. Bahasa tubuh menggunakan gerak tubuh dan ekspresi wajah sebagai alat komunikasi yang efektif. Para pemain dalam seni pentas mampu mengkomunikasikan maksud dan membawakan peran melalui gerak-gerik serta aksi. Bahasa tubuh adalah komunikasi yang pada umumnya tidak disadari, hal ini mampu menunjukkan karakter asli seseorang bahkan mendahului bahasa verbal. Oleh karena itu, bahasa tubuh sangat berpengaruh untuk menyampaikan atau mengartikan maksud sehingga sangat perlu untuk dioptimalkan.


Karakter Scrat dalam film Ice Age adalah salah satu karakter yang sangat menarik untuk lebih digali lagi. Scrat adalah seekor tupai yang sangat suka dengan buah oak sehingga secara mati-matian selalu melindungi buah oaknya hingga ke ujung dunia sekalipun. Ice Age sendiri adalah film jenis kartun yang memiliki karakter yang sangat lucu dan penuh dengan sarat makna. Dibuka dengan adegan Scrat si tupai yang masih tetap nguber-nguber buah kenari walaupun tidak pernah ia dapatkan, cerita pun kemudian beralih pada tiga tokoh film lain yaitu Manny si mammoth, Sid si kungkang, dan Diego si harimau


Setelah mereka berhasil menghindar dari jaman es, kini tiga sekawan ini hidup asri bersama para hewan lain di tempat yang aman dan nyaman. Namun, ketentraman para hewan ini segera terusik, akibat ramalan si kura-kura Fast Tony yang mengatakan bahwa es akan mencair. Dan benar saja, es benar-benar mencair, dan air bah akan segera menenggelamkan mereka. Dari mulut Lone Gullsinger si burung bangkai, mereka pun mengetahui ada sebuah tempat di mana sebuah perahu besar dapat menyelamatkan mereka semua. Maka, Manny dkk bersama para hewan lain segera mengungsi ke tempat tersebut. Sebenarnya dalam benak Manny, ia kini bertanya-tanya apakah ia satu-satunya mammoth yang tersisa, sedangkan Sid merasa bahwa selama ini ia tidak dihargai oleh dua sahabatnya itu. Sempat ia dihargai dan disembah oleh sekumpulan kungkang cilik sebelum hampirnya nyaris...dikurbankan, sementara es yang mencair mengungkap rahasia dari Diego bahwa ia takut air dan tak bisa berenang. 


Dalam perjalanan, Manny dkk bertemu dengan Ellie, seekor mammoth betina dan dua ekor possum jahil, Crash dan Eddie. Manny senang sekali mengetahui ada mammoth lain, namun ia harus menyadarkan Ellie terlebih dahulu bahwa dirinya adalah seekor mammoth dan bukan possum, maklumlah semenjak kecil Ellie dibesarkan dalam keluarga possum. Lalu, akankah Manny dkk berhasil sampai tujuan dengan selamat, bagaimana pula hubungan Manny dengan Ellie, sementara itu diam-diam dua ekor mahluk air ganas membuntuti mereka dan siap memangsa mereka, akankah Manny dkk selamat dari ancaman maut ini.

Tak bisa dipungkiri lagi, Ice Age yang merupakan film animasi berbujet besar pertama bagi studio Fox, meraup kesuksesan besar dalam box office Amerika pada sekitar tahun 2002, maka bisa ditebak kelak pasti akan dibuat sequelnya. Kini, sequel tersebut telah hadir di bioskop-bioskop dalam negeri, dengan titel Ice Age:the Meltdown. Seluruh pengisi suara dari film pertama kembali mengisi tiga karakter utama film ini, mulai dari Ray Romano (serial teve Everybody Loves Raymond) pengisi suara Manny, John Leguizamo (Land of The Dead) yang menyuarakan Sid si kungkang, dan tentu saja Denis Leary (The Thomas Crown Affair) yang menyuarakan Diego si harimau, plus kreator film ini Chris Wedge yang kembali menyuarakan tokoh Scrat si tupai. Kehadiran karakter-karakter lama itu didukung pula oleh karakter-karakter baru mulai dari Ellie si mammoth betina yang disuarakan oleh Queen Latifah (Last Holiday), duo possum jahil Crash dan Eddie disuarakan oleh Seann William Scott (The Dukes of Hazzard) dan Josh Peck, sementara si kura-kura Fast Tony oleh Jay Leno


Ada beberapa perubahan dalam sequel ini terutama dari segi isi cerita yang lebih kompleks plus pengembangan dan konflik antara karakternya yang cukup menarik. Selain itu, gue merasa ada perkembangan dalam teknik animasi film ini, terutama dari segi tekstur para hewannya. Adegan-adegan lucu dan aksi dalam film ini pun ditampilkan cukup berimbang, untuk adegan lucu rasanya lebih banyak ditampilkan dalam film sequelnya ini apabila dibandingkan dengan film terdahulunya. Selain itu, penampilan tokoh Scrat pun sengaja dibuat lebih bermakna terutama menyangkut ending film ini.

Scart adalah seekor tupai purba yang ‘cinta mati’ dengan buah oak. Cintanya ini diwujudkan dengan selalu mati-matian menjaga buah oaknya, hingga rela jatuh bangun untuk melindungi buah oak yang selalu dianggap sebagai miliknya itu. Scrat berani melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, dalam hal ini adalah buah oak. Sebagai seekor tupai yang kecil, dia rela ke sana kemari, mondar mandir dan mengejar buah oak dengan tangannya yang mungil. Misalnya saja, hewan kecil ini tidak pernah melepaskan buah oak walaupun harus dikejar ikan piranha, membeku dalam es, jatuh terinjak, hingga tersambar petir. 


Karakter Scrat ini boleh dikatakan mirip dengan sosok manusia yang pantang menyerah. Caranya untuk menghalalkan apa saja agar mendapat keinginan sangat cocok dengan karakter manusia yang pekerja keras. Scrat tidak pernah jatuh berlama-lama dia selalu bangun dan fokus pada buah oak sehingga boleh jadi inilah karakter teguh dan kuat yang seperti dimiliki oleh manusia. Bahasa tubuh yang dipakai oleh Scrat digunakan untuk mengekspresikan suatu maksud. Caranya bergerak, matanya yang besar, dapat diartikan banyak hal. Scrat seperti menyimbolkan seorang manusia yang pekerja keras dengan semangat yang selalu berkobar walaupun dia tidak terlalu pintar dan berkuasa.

Secara keseluruhan, tokoh-tokoh dalam Ice Age memang seperti mewakili karakter-karakter yang dimiliki oleh manusia. Manny adalah seekor Mammoth atau gajah purba yang digambarkan sebagai hewan yang sangat bijaksana dan dapat memimpin sahabat-sahabatnya. Sid si kungkang adalah hewan yang sedikit bodoh namun sangat menyenangkan dan peduli dengan hal di sekitarnya. Hewan ini sungguh menjadi penggembira dan pemberi semangat seluruh rekan-rekannya walaupun terkadang jahil dan sangat suka bermain. Karakter ini dimiliki oleh karakter manusia yang sangat menyenangkan dengan pembawaan yang mungkin lambat namun sangat loyal. Sedangkan, karakter yang keras dan kuat diwakili oleh Diego yaitu seekor harimau dewasa yang menakutkan namun baik hati pada akhirnya. Seekor harimau memang selalu melambangkan karakter yang luarbiasa kuat dengan moncong dan taring yang sangat tajam. 


Film Ice Age mengajarkan banyak nilai yaitu tentang kesetiaan, kekuatan, kebijaksanaan dan rasa sayang yang begitu kuat. Tokoh-tokoh di dalam film ini dengan tokoh Scrat yang begitu kecil dan lucu, seolah menggambarkan kondisi yang serupa di dalam kehidupan manusia. Adanya berbagai karakter orang yang berkumpul bersama dengan kepentingan dan impian yang terkadang sangat berbeda namun saling membutuhkan.  Hal yang dapat diambil dari Tokoh Scrat yang mungil adalah : "Never underestimate a thing, no matter how small it" karena hal yang kecil itu dapat berbuat banyak hal.

Sumber :
Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. CV Andi Offset. Yogyakarta