2010/07/08

When 'expensive and well' mixed into something worthwhile

Bapak Taksi BB dan Abang Penjual Sate

Menurut saya pribadi, ini adalah kisah yang unik selama lebih dari 6 hari saya tinggal di Ibukota Indonesia yang apa??? Ehem… super duper macet (kutipan dari jutaan orang yang pernah berada di kota ini). Sore itu, saya ijin pada bos besar a.k.a si madam bule yang tegas (ga bisa sebut galak di sini) kalau saya ingin pulang lebih awal (sebenarnya bukan pulang lebih awal karena sudah lewat 1 jam dari jam pulang kantor, tapi lebih awal dibanding rekan  - rekan yang lain yang lagi lembuurr untuk bikin iklan salah satu bank populer di negeri ini yang sering hobi memakai corporate warna biru plus yang atm-nya sering offline). Oya, saya berada di kota crowded ini untuk magang alias kuliah kerja lapangan dari Juli hingga Agustus 2010. Magang di biro iklan multinasional bernama Euro RSCG (yang sampai detik ini saya tidak tahu kepanjangannya apa, hihihi!)

Tiap hari (karena untuk sementara ini saya ‘numpang’ di tempat saudara di daerah Karet Kuningan) saya berangkat diantar bapak sopir mikrolet nomor 44 dan bapak sopir kopaja nomor 66 yang tak henti – hentinya menawarkan murahnya berkendara dibanding naik taksi atau kendaraan pribadi. Namun pulangnya saya tetap akrab dengan taksi 2 armada berinisial BB dan Exp (ini karena saya tidak tahu arah ke karet dari kantor saya di dekat Menara Imperium harus naik apa), jadi jalan satu – satunya (yang sama sekali tidak mengasah otak) adalah naik taksi. (Viva taxi! Just for 2 weeks!)

Malam itu, saya berjalan menuju buruan kost saya yang baru dan hitungannya lumayan dekat dengan kost (jalan kaki pun mampu), bertemu dengan calon induk semang saya yang ndudd dan sangat muslimah barokah dan bermuka seperti Mama Lauren. Dengan kesepakatan yang sangat cepat efisien dan efektif, kami berdua pun berjabat tangan sambil tersenyum manis (iya iya, dia yang manis, saya tidak, hahaha!). Saya menyewanya, sebuah kamar ukurannya kurang lebih 5x3m, dijanjikan ada kursi+tempat tidur+meja+lemari, kamar mandi di luar (siapa yang peduli karena saya memang tidak rajin – rajin amat untuk membersihkan wc), cat warna krem, lantai keramik warna krem dan lumayan besar untuk badan sekerempeng ini (mungkin bisa saja untuk arisan para monyet). Tempat yang akan menjadi sahabat saya selama 2 bulan ini. Tempat untuk bercanda, tertawa dan menangis sendirian. (elahhh, mellow amat).

Sepulang dari sana, bertemu dengan adik kecil (mungkin anak SMP) yang ngajak saya boncengan, ya tinggal tersenyum aja, maklum lah anak segini lagi suka – sukanya pamer dia adalah bocah lelaki. Hihihi!
Dari si anak tengil, saya beranjak ke anak muda yang lagi nongkrong dan banter – banternya pasti mereka bilang, ‘mau pulang ya neng?’, tinggal tersenyum lagi, pindah ke bapak – bapak bajaj yang lagi kongkow – kongkow dan bilang, ‘mau kemana neng, naik bajaj? dan sekali lagi tersenyum sambil mikir emangnya bajaj dari arah kantor bisa ke arah karet? Setelah jalan agak jauh (ditambah laptop biru kesayanganku yang enak – enakan bobo) saya lagi – lagi bertemu dengan bapak – bapak ojek yang bilang, ‘ojek non?’ kali ini saya hanya menggeleng dan tidak tersenyum karena perut sudah membisikkan 5 huruf yang membentuk kata lapar di telinga saya.

Akhirnya, saya bertemu dengannya, si supir taksi BB yang tidak bisa saya sebutkan merek armadanya. Armada biru yang mengutamakan kenyamanan dan keamanan (walaupun mahal! Belum yang seri Silver B. yang sekali buka 15 rebu). Saya mengetahui namanya tentu saja dari papan identitas yang selalu berdiri tegak di depan penumpang kursi depan.

Heriyanto namanya. Kenapa saya harus sampai menulis namanya di blog ini? Saya juga bingung tapi saya tahu satu hal bahwa dia adalah sopir taksi yang unik. Kenapa unik? Karena dia tidak tahu jalan (baru 5 bulan menjadi supir taksi), karena dia dari Bandung (kota yang bagi orang lain spesiall tapi bagi saya biasa saja), karena dia senang bercanda, karena dia suaranya bagus (cocok jadi penyiar mungkin) dan yang paling unik karena dia tahu seluk beluk advertising! Jadilah saya di taksi dengan sekeliling ramai macet malah mengobrol asik dengan Pak Heri (walaupun kadang ni mata ga nahan untuk tidak melihat argo nya). Malam itu, malam termacet yang pernah saya rasakan, perjalanan yang biasanya hanya setengah jam menjadi satu setengah jam dan alhasil bokek lah! Tapi saya terharu mendengar supir taksi yang lugu ini berkata, “Saya senang hari ini dapat penumpang seperti mbak theo, baik dan ga sombong”. Nah lo? Lalu saya tanya ke dia, “memangnya biasanya pada sombong pak?” Pikiran saya waktu itu, bisa saja sombong karena memang sedang tidak ingin diajak ngobrol. Lalu saya tiba – tiba tertawa sewaktu dia bilang, “Iya mbak, si CEO – CEO itu biasanya sombong sekali, merasa tinggi kali.”  Hahahaha! Ya iyalah CEO dibandingin sama calon fresh graduate yang juga lagi bingung mau jalan ke arah mana. Setelah selesai tertawa, saya bilang sesuatu yang membuatnya tertawa terbahak, “Hahaha! Ya iyalah pak, mereka khan CEO, coba check aja besok sewaktu saya jadi CEO saya masih mau diajak ngobrol bapak atau tidak.” Amin jadi CEO katanya. Semoga itu memang doa.

Setelah turun dan mengira uangnya kurang, saya mencium sesuatu yang membuat air liur ini mau melonjak turun. Sate kambing!!
Ummm… akhirnya saya memutusakan membeli 10 tusuk dan 1 lontong ditambah irisan cabai yang banyak dan irisan bawang penuh. Ternyata setelah dicek ricek, uang saya kurang 500 rupiah (kondisinya memang bener – bener mepet karena tadi macet, dan taksi membengkak). Untungnya mas penjual yang tidak terlalu manis namun  baik hati ini tetap memberikan porsi kambing yang enak itu. Bahkan dia bilang, tidak usah dikembalikan, mungkin pikirnya 500 rupiah ini (mungkin ditambah raut muka saya yang mungkin saat itu mirip kucing nyasar).

Terimakasih pak Heri dan abang Sate Kambing yang waloupun taksi dan satenya sama –sama mahal tapi saya mencintai merek taksi dan sate anda berdua!

Memori otak di : 07 Juli 2010
Lokasi : Manggarai – Menara Imperium – Karet Jakarta

5 comments:

Anonymous said...

karena saya bukan sopir taksi atau tukang sate,jd ini cm kira2:
1,5 jam di taksi BB = kira2 150an kurang lebih lah ya...(pdhl gak nyampe 2km kayaknya :p)
1 porsi sate kambing+lontong = kira2 15rb kurang lebihnya...
selamat datang jakarta :D

Theodora Pradita said...

thanks bang groban!
hihi... nyusul ke jakarta geh...!
bantuin bayar taxi, hahaha

Anonymous said...

ya tar tak bayarin lontong'e :p

abol said...

huahahahahahahahahahhaaha.....itu sate mahal yang kau ceritakan te????18.000???ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh myyyyyyyyyyyyyyyyyyy ggggggggggooooooooooooooooddddddddddddddd

Theodora Pradita said...

yap2 tapi harus diakui, enak. Oya kemarin aku pertama kali nyobain sate padang... ummm yummy juga, lumayan pedes! Like this!